Contoh
Cerpen Penyesalan, Malas Belajar – adalah koleksi cerita
terbaru yang bisa anda baca disini. Cerpen ini bukan hanya dilihat dari sisi
keindahan cerita yang diangkat tetapi bisa digunakan sebagai sarana belajar
dalam membuat karangan berdasarkan pengalaman atau hal yang dialami. Karya seperti
ini cocok untuk belajar membuat karangan mandiri.
Tidak seperti karya penulis profesional, kisah yang diangkat
dalam cerpen ini disajikan dengan cara yang sangat sederhana.
Kisah dikemas dan ditulis menggunakan bahasa sehari-hari yang mudah dimengerti, disusun dengan sederhana. Kalimat, kata bahkan diksi yang ada seolah dikhususkan untuk menghadirkan kesan sederhana dan ringkas.
Kisah dikemas dan ditulis menggunakan bahasa sehari-hari yang mudah dimengerti, disusun dengan sederhana. Kalimat, kata bahkan diksi yang ada seolah dikhususkan untuk menghadirkan kesan sederhana dan ringkas.
Cerpen ini meski mengupas kejadian yang banyak terjadi namun
terlihat cukup menarik. Namun demikian, untuk dikatakan sebagai karya cerpen
mungkin masih kurang tepat karena karya berikut sangat pendek, hanya terdiri kurang
lebih 400 kata saja.
Terlepas dari penampilan, bentuk atau susunan cerpen
tersebut, karya berjudul “malas belajar di sekolah” di bawah ini bisa
memberikan nasehat yang baik untuk direnungkan.
Dari kisah yang diangkat kita bisa tahu bahwa malas belajar hanya akan menimbulkan penyesalan di kemudian hari.
Dari kisah yang diangkat kita bisa tahu bahwa malas belajar hanya akan menimbulkan penyesalan di kemudian hari.
Tentu kita tahu bahwa belajar penting untuk mendapatkan
pengetahuan. Jadi jika malas belajar itu berarti kita akan kehilangan
kesempatan untuk menimba ilmu dengan baik. Seperti apa sih sebenarnya kisah
dalam cerpen singkat tersebut, mari kita baca langsung kisahnya di bawah ini.
Malas
Belajar di Sekolah
Contoh
Cerpen Penyesalan Singkat
Namaku adalah Yogi, sebuah nama istimewa yang lahir dari
perdebatan panjang antara ayah, ibu serta para kakek dan nenek yang sangat
menyayangiku. Aku tinggal di sebuah daerah perumahan yang ada di Jakarta. Tempat
tinggalku bukan kawasan elit tapi bukan daerah kumuh, mungkin lebih tepatnya
batas antara keduanya.
Aku adalah orang yang kurang memperhatikan masalah
pendidikan. Menurutku bersekolah memang hanya menghabiskan uang dan
membuang-buang tenaga. Karena menurutku memang bersekolah tidak menjamin kita
menjadi kaya. Benar, dan itu terbukti, pendidikan tinggi bukan jaminan hidup
kaya, setidaknya itulah yang aku tahu.
Namun meski demikian aku tidak menyesal karena aku sudah
lulus SMA. Tiga tahun masa SMA sudah menghabiskan waktu dan pikiranku. Namun
aku mempunyai prinsip ketika aku sedang duduk di SMA, aku bersekolah hanya
ingin mendapatkan Ijazah, dan aku tidak butuh yang namanya ilmu.
Begitulah jalan pikiran dan pandanganku terhadap pendidikan.
Bagiku uang lebih menarik dari pada ilmu. Namun kini aku baru menyadari bahwa
pentingnya ilmu bagi kehidupanku. Dengan ilmu manusia dapat bersinerji dengan
manusia lain dengan baik, dan tanpa ilmu tentu manusia buta terhadap
pengetahuan yang sangat berguna bagi manusia.
Mungkin lingkungan yang memang membuatku menjadi orang yang
tidak peduli dengan pendidikan. Di desaku tepatnya di Cianjur memanglah satu
desa tidak ada yang memiliki pendidikan tinggi.
Bahkan pada usia dini mereka sudah berani menikah dan
membina rumah tangga. Inilah mengapa keperibadianku bisa seperti ini karena
memang aku di bentuk dari lingkungan yang memang tidak peduli dengan
pendidikan.
Aku bersekolah pun harus ke desa sebelah yang terlalu jauh
dari desaku. Di waktu sekolah aku sering sekali dihukum karena memang aku
merupakan murid paling nakal. Bahkan aku sering membolos dengan teman-temanku.
Ada banyak kenakalan yang aku lakukan selama di sekolah. Bukan
sekali dua kali tapi berkali-kali aku melakukan perbuatan yang dilarang di
sekolah. Sampai akhirnya, pada suatu ketika aku di panggil keruangan BK.
”TOK-TOK...,TOK-TOK”. Bunyi pintu ruangan BK ku ketok.
”Iya masuk”, jawab
Guru BK dari dalam ruang tersebut. Akupun masuk keruangan dan menemui guru BK.
Aku,”Maaf pak saya
kesini suruh ngapain ya.,.?”, tanyaku.
”Menurut kamu kenapa saya panggil kamu kesini.,.?”, tanya Guru
BK setelah aku duduk.
”Enggak tau pak”, jawabku singkat sambil menunduk.
”Biar kalian tahu, sekarang kalian keluar dan ingat-ingat
kesalahan kalian, sambil lari keliling lapangan”, perintah Guru Bk tersebut.
Apa boleh dikata, kami pun harus melaksanakan perintah
tersebut. Setelah 30 menit berlari guru BK mendatangi kami yang sedang berlari
dan bertanya,”Apakah kalian sudah tahu kesalahan kalian?”, tanya Guru Bk lagi.
”Iya pak kami sudah tahu, kemarin kami bolos sekolah”, jawab
kami serempak
”Saya harus bagaimana menghadapi kalian,,.!!!!!!, ini sudah
bolos yang berapa kali,...!!!, apa perlu saya panggil orang tua
kalian,.,.,!!!!” uangkap guru BK tersebut sambil marah-marah. Kami pun hanya
menunduk tanpa ada satu pun yang menjawab pertanyaan dari guru BK.
Begitulah kisah hidupku dulu pada saat sedang duduk di
bangku SMA. Setelah aku pindah ke Jakarta aku mulai bertemu dengan orang-orang
hebat dengan intelektual tinggi.
Di situ aku merasa betapa dangkal ilmu dan wawasanku. Di situ
juga aku sudah merasa menyesal dengan pendidikan yang dulu tidak kujalani
dengan baik dan benar sehingga aku hanya mendapatkan sebuah ijasah dan tidak
mendapatkan ilmu.
Kini usiaku sudah 50 tahun dan masih menjadi buruh di
perusahaan, mungkin ini adalah akibat yang harus aku terima karena ketidaktahuanku.
Aku benar-benar menyesal tapi sesal memang tiada guna.
Benar, aku hanya bisa menyesali semua ini, dan tentu tidak
mungkin lagi usia 50 tahun melanjutkan sekolah lagi, sementara kebutuhan
keluargaku cukup tinggi. Aku memiliki 3 orang anak yang semuanya sudah
bersekolah.
Aku hanya bisa berharap mereka tidak malas belajar seperti aku
sulu, aku ingin melihat mereka sukses dengan gelar pendidikan tinggi dan bisa
hidup dengan lebih baik.
---
oOo ---
Sekarang tahu kan bagaimana akibat dari malas belajar? Bahkan
sampai tua nanti orang yang malas belajar pasti akan menyesal karena kehilangan
waktu. Saat ini kita tidak akan mendapatkan manfaatnya langsung, bahkan jika
malas kita tidak akan tahu akibatnya langsung tapi nanti pasti akan menyesal.
Itulah sebabnya orang tua selalu menasehati generasi muda
untuk terus semangat dalam belajar. Untuk bekal hidup yang lebih baik, agar
tidak menyesal dikemudian hari maka belajar adalah hal yang harus dilakukan
dengan baik.
Semoga saja ada hikmah dan pelajaran yang bisa kita petik
dari kisah cerpen yang ada di atas. Itu saja untuk edisi hari ini. Bagi rekan
yang masih ingin membaca cerpen tema penyesalan lainnya bisa memilih diantara
beberapa judul yang sudah disiapkan dibagian bawah. Sampai disini, selamat
menikmati cerita selanjutnya.
Ilustrasi: Contoh Cerpen Penyesalan, Malas Belajar |