Contoh Cerpen Singkat, Jodoh Tak Kan Kemana – Yang berikut ini adalah sebuah cerita pendek terbaru yang singkat dan begitu romantis. Cerita berikut ini masuk dalam kategori dengan tema remaja religi yang menggambarkan kisah percintaan yang tumbuh dalam kerangka kebaikan.
Tidak ada kata "pacaran" karena itu memang tidak dibenarkan karena hanya membawa banyak keburukan. Meski begitu sang tokoh utama yaitu Sarieni bisa mendapatkan bukan sekedar cinta sejati melainkan seorang pemimpin, kepala keluarga, suami yang begitu baik. Sebelum lanjut, baca juga:
1) Cerita pendek 2 paragraf bahasa inggris
2) Cerita pendek tetes kepedihan
3) Cerpen tentang cinta bahasa inggris
Cerita dalam contoh cerpen singkat ini memberikan nasehat kepada kita bahwa Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik bagi semua hambanya.
Terkadang apa yang kita tidak minta sekalipun bisa diberikan pada saat yang tepat karena memang Tuhan maha tahu apa yang kita butuhkan. Semoga cerpen singkat berikut bisa menjadi bahan bacaan bermutu bagi kita semua.
Tidak ada kata "pacaran" karena itu memang tidak dibenarkan karena hanya membawa banyak keburukan. Meski begitu sang tokoh utama yaitu Sarieni bisa mendapatkan bukan sekedar cinta sejati melainkan seorang pemimpin, kepala keluarga, suami yang begitu baik. Sebelum lanjut, baca juga:
1) Cerita pendek 2 paragraf bahasa inggris
2) Cerita pendek tetes kepedihan
3) Cerpen tentang cinta bahasa inggris
Cerita dalam contoh cerpen singkat ini memberikan nasehat kepada kita bahwa Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik bagi semua hambanya.
Terkadang apa yang kita tidak minta sekalipun bisa diberikan pada saat yang tepat karena memang Tuhan maha tahu apa yang kita butuhkan. Semoga cerpen singkat berikut bisa menjadi bahan bacaan bermutu bagi kita semua.
Jodoh Tak Kan Kemana
Oleh Siti Marwiyah
Secara berlahan, jantung yang seharian tadi terpompa begitu cepat mulai menurunkan temponya. Udara segar yang mengalir di senja itu memberikan kedamaian tersendiri bagi siapapun yang menghirupnya.
Nyiur melambai pelan, deburan ombak saling berkejaran menyambut camar bernyanyi. Sarieni yang sedari tadi duduk di bibir pantai tampak memandang begitu dalam, seolah ingin menguliti laut, temaran senja yang sebentar lagi hilang pun tak mampu menggoyahkan lamunannya. Entah apa yang sedang ada dalam pikirannya saat itu.
Nyiur melambai pelan, deburan ombak saling berkejaran menyambut camar bernyanyi. Sarieni yang sedari tadi duduk di bibir pantai tampak memandang begitu dalam, seolah ingin menguliti laut, temaran senja yang sebentar lagi hilang pun tak mampu menggoyahkan lamunannya. Entah apa yang sedang ada dalam pikirannya saat itu.
“Sar, mulai gelap, ke penginapan yuk….”
“Eh… iya yuk….”
Sesekali masih terlihat jelas raut muka penuh beban terpancar di wajah Sarieni yang ayu. Kanya dan Sarieni pun segera bergegas menuju penginapan tanpa sepatah katapun. Kanya sepertinya tahu benar bahwa sahabatnya itu sedang tidak berselera untuk bercanda atau sekedar ngobrol.
Sesampainya di penginapan mereka berdua langsung membersihkan diri, bersantai sejenak dan menikmati makan malam dengan hidangan ala pantai kegemarannya.
Setelah makan malam rekan-rekan lain masih sibuk dengan acara masing-masing sementara dua gadis itu hanya menghabiskan waktu duduk santai berdua.
“Sar…. Apa sebenarnya yang sedang mengganggu pikiranmu….?”
“Jodoh… aku sangat ingin mewujudkan keinginan ibuku yang ingin segera melihat aku menikah…”
“Hem…apa kau kira pasangan bisa dicari dengan gampang, sudahlah, santai saja…”
“Aku tahu Kanya, tapi keadaan ibuku memaksa….”
“Aku tahu, aku punya solusi….”
“Hem…”
“Tidak mungkin jodoh kita kejar, tapi aku ada solusi jitu…”
“Apa….?”
“Buka saja hatimu, lepaskan semua beban, jodoh takkan kemana….”
Kanya memberikan nasehat kepada Sarieni bahwa jodoh salah satu hal yang menghalangi jodoh datang adalah tidak terbukanya hati seseorang. Kadang orang bilang siap untuk melanjutkan hidup namun ia belum ikhlas untuk meninggalkan masa lajangnya. “Ingat Sar, Tuhan tahu yang terbaik bagi kita, jadi serahkan semuanya pada Tuhan… biarkan Ia memilihkan seseorang yang terbaik untukmu…” ucap Kanya pelan.
“Sebenarnya aku masih belum bisa melupakan Dino, sebagian hatiku masih tertahan padanya”
“Bersyukur saja atas apa yang engkau alami Sarieni. Biarkan luka itu menjadi bagian dari sejarah pahit hidup kita… tak usah dilawan, biarkan mengalir seperti air….”
“Esok kita sudah pulang Sar, jangan tunjukkan beban itu ke ibumu….”
“Iya, perasaanku juga tidak tenang di sini sementara ibu di rumah….”
Mereka berdua menghabiskan malam sampai larut, sesekali mereka menyanyikan potongan-potongan lagu yang menggambarkan pelik dan rumitnya hidup yang harus di jalani. Petikan gitar Kanya dan suara sendu Sarieni terus melantun sampai larut….
Sarieni adalah seorang gadis yang masih cukup muda, ia baru menginjak dua tahun melanjutkan kuliah di salah satu perguruan tinggi ternama di Jakarta. Meski usianya masih cukup belia namun beban hidupnya sudah cukup berat.
Saat baru masuk kuliah ayahnya meninggal kecelakaan, beberapa bulan kemudian sang ibu jatu sakit dan telah menghabiskan banyak harta peninggalan ayahnya. Kini dalam kondisi ibu yang semakin lemah ibunya sering sekali meminta Sarieni untuk cepat mencari jodoh agar kelak setelah ibunya tiada ada orang yang akan menjaga Sarieni.
Saat baru masuk kuliah ayahnya meninggal kecelakaan, beberapa bulan kemudian sang ibu jatu sakit dan telah menghabiskan banyak harta peninggalan ayahnya. Kini dalam kondisi ibu yang semakin lemah ibunya sering sekali meminta Sarieni untuk cepat mencari jodoh agar kelak setelah ibunya tiada ada orang yang akan menjaga Sarieni.
Sebagai gadis muda, semangat perjuangannya memang tidak diragukan lagi. Dengan berbagai beban hidup yang ada Sarieni mampu terus bertahan memberikan yang terbaik untuk semuanya, untuk hidupnya dan untuk kehabagiaan ibunya.
“Nak….”
“Iya bu, ada apa….?
“Ibu mau minta tolong….”
“Iya bu ada apa, katakan saja…..”
“Kamu ingat pondok pesantren Ulumudhin kan?”
“Iya bu…ingat….”
“Ibu ingin besok kamu ke sana… untuk melunasi hutang ibu….”
“Hutang apa bu, memang ibu punya hutang….”
“Ibu pernah janji ingin nyumbang buku untuk pondok, ibu ingin kamu ke sana dan menyumbangkan beberapa buku untuk ibu…”
“Baiklah bu, besok aku ke sana….”
Sarieni menuruti keinginan ibunya, dengan dibantu oleh Kanya ia mencari berbagai buku bacaan yang cocok dan membawanya ke pondok.. Di sana ia disambut oleh pimpinan pondok yang ternyata masih muda…
“Mbak Sarieni ya….”
“Iya…. Kok tahu….. emang kita pernah ketemu….”
“Dulu waktu kecil mbak Sarieni kan pernah belajar di sini juga kan…”
“Iya sih, tapi….”
“Aku putra Al-hapsyi mbak, bapak sudah tiada jadi aku yang mengurus pondok sekarang….”
“Inalillah…..”
“Iya mbak…. Oh ya, kedatangan mbak Sarieni kesini ada perlu apa ya, dari tadi sampai lupa…”
“Begini… saya datang menyampaikan amanat ibu untuk menyumbangkan beberapa kertas ini untuk bacaan anak-anak….”
“Oh…iya…. Terima kasih banyak mbak…. Atas nama pondok saya menerima sumbangan ini dan mengucapkan beribu terima kasih…”
Sarieni mengatakan bahwa ibunya sekarang pun sedang dalam keadaan tidak baik, ia sedang sakit dan tidak bisa datang sendiri untuk memberikan buku-buku itu. Tak lupa Sarieni pun memohon doa atas kesembuhan sang ibu dari seluruh penghuni pesantren.
Rupanya Sarieni dan pengurus pesantren itu adalah teman masa kecil karena Sarieni pernah sewaktu kecil sering menghabiskan waktu untuk belajar di pesantren itu.
Jauh di lubuk hati sang pengurus pesantren tersebut sebenarnya ada perasaan khusus pada Sarieni dan dia pun pernah mengutarakan hal itu kepada orang tua Sarieni. Orang tua Sarieni pun pernah mengatakan bahwa kelak jika mereka sudah sama-sama dewasa Ahmad boleh melamar Sarieni jika memang mau.
Jauh di lubuk hati sang pengurus pesantren tersebut sebenarnya ada perasaan khusus pada Sarieni dan dia pun pernah mengutarakan hal itu kepada orang tua Sarieni. Orang tua Sarieni pun pernah mengatakan bahwa kelak jika mereka sudah sama-sama dewasa Ahmad boleh melamar Sarieni jika memang mau.
Rupanya hal itulah yang membuat ibu Sarieni menyuruh Sarieni menghantarkan buku sumbangan tersebut. Sang ibu rupanya ingat akan apa yang pernah ia ucapkan dulu, “kelak aku akan mengantar putriku sekali lagi ke pesantren ini dan saat itu jika Allah mengizinkan engkau bisa meminang anakku”.
Satu minggu kemudian, keajaiban terjadi, keadaan sang ibu semakin membaik, bahkan sekarang ibu sudah bisa mulai berjalan lagi. Sarieni benar-benar bahagia melihat ibunya tambah sehat…
“Alhamdulillah… ibu sekarang lebih baikan…”
“Iya nak, berkat doamu….”
“Ibu jangan capek-capek dulu ya bu, duduk aja disini aku mau beres-beres…”
“Sebentar nak, sini ngobrol dulu sama ibu…”
“Iya… ada apa bu…”
“Nak, andaikata, apabila sekarang-sekarang ini ada yang ingin meminangmu menjadi istri apakah kamu mau…”
“Apa bu, siapa yang mau meminang aku bu, anak ibu ini kan belum bisa apa-apa…”
“Ya, gak tahu ibu, jodohkan tak akan ke mana-mana…. Jika Allah sudah menghendaki, gimana…”
“Iya si bu… ya kalau Allah memang percaya bahwa aku mampu maka aku akan terima bu…”
“Em…..bagus lah ibu lega…”
“Eit… tapi lihat-lihat orangnya juga kale bu…”
“Ya iyalah…. Tapi ibu bercaya Allah pasti akan memberikan hambanya yang terbaik….”
“Iya bu, aku juga percaya…”
Malam harinya…. Sekitar habis isya, tiba-tiba ada suara orang mengucap salam… “Siapa sih, tumben malam begini ada yang datang…” dengan heran Sarieni pun membukakan pintu….
“Eh…loh….ko…..k…”
“Kok eh sih, jawab dulu salamnya dong….”
Dengan wajah kaku dan grogi Sarieni menjawab salam, entah kenapa tiba-tiba wajah Sarieni memerah, seperti menahan rasa grogi yang berat. Rupanya yang datang adalah pengurus pesantren Ulumudhin itu. Niat kedatangannya ternyata untuk meminta Sarieni menjadi istrinya.
Dengan rasa malu dan perasaan tidak karuan Sarieni pun tak bisa berkata-kata. Ia hanya tertunduk berusaha menyembunyikan wajah yang sebagian pipinya berwarna merah. Dan akhirnya, keajaiban terjadi, tanpa disangka Sarieni mendapatkan anugrah yang begitu besar. Ibunya benar-benar sembuh dari sakit dan ia sekarang mendapatkan seorang imam yang akan menuntunnya menuju syurga.
---Tamat---