Cerita Pendek, Kesuksesan yang Tertunda

Cerita Pendek, Kesuksesan yang Tertunda - Perhatikan nasehat orang tua, seperti yang dikisahkan dalam perjalanan seorang anak sekolah berikut. Cerpen remaja ini mengisahkan efek buruk dari pacaran, karena itu wajar jika orang tua kita melarang kita pacaran saat masih sekolah atau kuliah.

Cerpen yang berjudul "Kesuksesan yang Tertunda" tersebut memberikan gambaran betapa sulitnya mencapai keputusan yang benar.

Kalau kita lihat dari sisi cerita, Cerpen Remaja tentang Kesuksesan ini memang menggambarkan kesuksesan seseorang dalam berjuang menggapai kesuksesan dan impian yang diraih.

Sukses memang harus di bayar dengan mahal, harus diperjuangkan dan memang terkadang untuk sebuah kesuksesan kita harus menentukan pilihan yang sulit bahkan sakit seperti ketika harus meninggalkan seseorang yang kita cintai.

Dalam cerpen singkat terbaru ini kita akan mendapatkan pelajaran yang berharga dimana kita bisa belajar tentang cara meraih kesuksesan atau juga cara menghindari kegagalan. Sebenarnya bagaimana kisah selengkapnya dalam cerita tersebut, kita baca saja langsung kisahnya di bawah ini.

Cerita Pendek, Kesuksesan yang Tertunda

By: Khusul Khima

Di sebuah kota Pekan Baru tinggal seorang gadis mungil, cantik, putih dan pintar. Ia bernama Giyan. Giyan adalah pelajar di SMA Negeri 01, dia duduk di kelas XI. Giyan adalah anak yang sangat pintar, ia selalu mendapatkan peringkat dari hasil ia sendiri tanpa menyontek dari buku baik temannya. Saat kenaikan kelas ia mendapat peringkat umum di SMA tempat ia belajar.

Giyan menjadi anak yang pintar mungkin memang sudah keturunan dari orangtuanya. Namun walaupun keturunan, pada dasarnya juga ia rajin belajar.

Orangtuanya begitu bangga memiliki anak seperti Giyan, orangtua Giyan menginginkan Giyan menjadi seorang pemegang perusahaan di kantor ayahnya untuk meneruskan usaha ayahnya yang sudah lama ia bangun.

Ketika ulangan tengah semester, seperti biasa Giyan selalu belajar. Namun pada ulangan tengah semester ini nilai Giyan menurun drastis, dan ada sedikit perbedaan dari diri Giyan. Ia yang dulu sepulang sekolah langsung pulang tapi sekarang tidak Giyan pasti pulang sekolah sedikit telat. Ketika Giyan pulang telat, ibunya pun selalu menegur-nya.

Pada saat itu Giyan pulang sampai maghrib ibu dan ayahnya menunggu didepan pintu, sesampainya Giyan di rumah sang ayah pun bertanya “ Giyan dari mana saja kamu jam segin baru pulang?”. Giyan pun menjawab “ Maaf yah tadi ada tugas sekolah jadi Giyan belajar kelompok dirumah Panca ”. 

“ Tak seperti biasa, biasanya teman-temanmu yang selalu kemari untuk belajar kelompok dan kamu tak mau untuk belajar di rumah mereka. Dan ayah dengar kamu sering pulang telat ” kata ayah, dan Giyan menjawab “ Iya tapi tidak enak sama temannya yah jadi Giyan gantian belajar dirumah teman”. 

“ Lalu apa alasan kamu sering pulang telat?” jawab ayah sambil marah.

Giyan bingung mau menjawab apa. Ibu pun mengendalikan emosi ayah, “ Sudah yah, Giyan kan baru pulang pasti Giyan capek. Ya sudah nak cepat ke kamar, mandi, ganti terus makan, ibu tunggu di ruang makan nanti kita makan bersama”. 

“ Iya bu ” jawab Giyan.

Keesokan harinya Giyan dipanggil ke ruang BK, ia ditanya oleh seorang gurunya. “ Nak ibu lihat sekarang Giyan berbeda tak seperti biasanya , apakah ada masalah?”. 

“ Tidak bu, tidak ada masalah” jawab Giyan dengan takut.

“ Nak kamu adalah anak yang pintar di sekolah ini, kamu menjadi kebanggaan semua guru yang ada di sini, kamu selalu membuat nama sekolah ini baik dengan lomba-lomba olimpiade yang kamu ikuti itu selalu membawa hasil tapi kenapa sekarang nilai ujian tengah semestermu menurun dan ulangan hariannya pun menurun”

Giyan berdiam lama karena ia bingung mau menjawab apa, tapi akhirnya pun ia menjawab, “Maafkan saya bu saya tak tahu kenapa saya seperti ini, saya selalu belajar bu tapi apa yang saya pelajari hanya sedikit yang dapat saya cerna”.

“ Tak seperti biasa nak kamu seperti itu, biasaya kamu selalu nyambung apa yang diajarkan oleh guru, dan ibu dengar kamu sering pulang telat nak, apakah itu benar nak?”

“ Iya bu” jawab Giyan.

Tiba-tiba ayah dan ibu Giyan datang ke sekolah Giyan, mereka pun membicarakan masalah yang sekarang menyelimuti Giyan tersebut.

Lama mereka berbincang-bincang. Ketika guru Giyan bertanya kepada Giyan dan orangtua Giyan “Apakah Giyan sekarang mempunyai seorang kekasih dan sebelumnya apakah Giyan memiliki seorang kekasih?”.

Jawab ayah Giyan “Tidak bu sebelumnya Giyan tidak memiliki seorang kekasih Giyan tak pernah membawa seorang lelaki ke rumah”. Jangan lupa baca juga: cerpen terbaru singkat mimpi indah

Karena Giyan takut akhirnya Giyan mengakui memang sebelumnya ia tak pernah berpacaran tetapi ia sekarang mempunyai seorang kekasih dan memang baru pertama kali ini Giyan berpacaran. Ketika Giyan mengakuinya orangtua Giyan sok mendengar pengakuan Giyan tersebut.

Sepulang dari sekolah Giyan dimarahi oleh ayahnya. Kata ayah, “Ayah kecewa nak kamu seperti itu,ayah tak mau tahu pokoknya kamu harus putusin dia, ayah melarangmu untuk berpacaran dengannya”.

Giyan pun menjawab “Maaf yah, sepertinya Giyan tidak bisa melepaskannya , Giyan terlalu menyayangi nya dan dia pun menyayangi Giyan yah”.

Ibu pun menjawab “ Nak jika memang dia menyayangi Giyan tidak mungkin dia membuatmu seperti ini , pasti dia akan mendukungmu bukannya menghancurkanmu seperti ini jika memang dia benar-benar menyayangi Giyan”.

Ayah pun menjawab “ Jika kamu tak mau menuruti kata ayah, ayah akan mencarikanmu sekolah baru yang jauh dari sini, mungkin ayah akan memindahkan kamu ke Yogyakarta tempat nenek disana”.

Giyan menangis dan berlari ke kamarnya.

Keesokan harinya ayahnya sudah mempersiapkan kepindahan Giyan, Giyan pun mengetahui itu. Giyan tak setuju, kemudian dia memohon kepada ayahnya untuk tidak memindahkannya, diapun berjanji bahwa dia akan memperbaiki dan menjadi seperti dulu tetapi dia tidak mau melepaskan kekasihnya.

Ayah tak tega melihat Giyan seperti itu, akhirnya ayah memberikan kesempatan kepada Giyan dan membolehkan Giyan berpacaran dengan syarat Giyan bisa berubah seperti dulu lagi dan boleh berpacaran asal ada batasnya jangan sampai kelewatan.

Giyan pun menyetujui persyaratan ayahnya, Giyan sangat berterimakasih dan ia menangis di pelukan ayahnya.

Beberapa minggu kemudian, ternyata alhasil Giyan bisa membuktikannya. Giyan bisa seperti semula, nilai Giyan naik seperti awalnya. Dan Giyan sempat mengikuti perlombaan olimpiade ia mendapatkan juara pertama. Orangtua Giyan bangga kepada Giyan, ayahnya pun tak melarang Giyan berpacaran dengan kekasihnya tersebut dan ayahnya tak jadi memindahkan Giyan ke Yogyakarta.

Tapi tak disangka ternyata kekasih Giyan yang sangat ia sayangi telah menipu Giyan. Dia tidak menyayangi Giyan seperti yang Giyan kira, ternyata ia memacari Giyan bukan karena ia sayang kepada Giyan tetapi ia ingin menghancurkan Giyan. Ketika ia tahu Giyan sekarang bisa seperti semula, ia pergi meninggalkan Giyan dengan wanita lain, karena ia merasa usahanya tidak berhasil untuk menghancurkan Giyan.

Giyan begitu sakit ketika mengetahui asal busuk kekasihnya tersebut, tetapi walaupun ia tahu ia telah ditipunya, Giyan tak bisa melupakan kekasihnya dan Giyan tetap sayang kepada kekasihnya.

Akhirnya Giyan mengambil keputusan ia memilih pergi meninggalkan sekolahnya dan pindah bersama neneknya di Yogyakarta. Karena disetiap Giyan melihat mantan kekasihnya ia selalu meneteskan airmata. Orangtua Giyan menuruti keinginan Giyan, dan Giyan dipindahkan ke Yogya untuk melanjutkan pendidikan.

Beberapa tahun kemudian Giyan telah menyelesaikan studinya. Ia kembali ke Pekan Baru dan menunjukan kepada ayahnya bahwa ia bisa seperti yang orangtuanya inginkan. Orangtua Giyan begitu bangga kepada Giyan. Dan kini Giyan menjadi pemegang Perusahaan di kantor ayahnya tersebut.

oOo

Dengan adanya sebuah cerpen di atas mudah-mudahan koleksi cerpen yang ada semakin banyak. Cerita pendek tersebut bisa kita gunakan sebagai hiburan sekaligus sebagai bahan belajar kita semua. Jangan lupa baca juga cerpen lain selain Cerita Pendek, Kesuksesan yang Tertunda tersebut. Cari langsung judul mana yang sekiranya menarik.