Cerpen Singkat: Perbedaan Warna Persahabatan - Sukrip dan Supadi adalah
sepasang sahabat yang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas Suka Maju kelas
sebelas. Persahabatan mereka yang sejak kecil membuat mereka tak terpisahkan
hingga suatu ketika ada siswa baru di sekolah mereka yang secara kebetulan
duduk di kelas sebelas.
“Krip, ini siswa baru ya?”, Tanya Supadi kepada Sukrip.
“Iya… betul Di.”
“Kelihatannya dia sendirian” kata Supadi
“Mungkin dia belum punya teman” sahut Sukrip
Lalu Sukrip dan Supadi berjalan
menghampiri siswa baru yang sedang duduk sendirian tersebut.
“Assalamualaikum wr. wb.!! Ucapan salam Supadi menyapa siswa baru
tersebut.
“Selamat siang”. Begitulah ucapan siswa baru tersebut membalas salam
Supadi.
Mendengar ucapan tersebut menimbulkan pertanyaan di benak Sukrip dan Supadi.
Mendengar ucapan tersebut menimbulkan pertanyaan di benak Sukrip dan Supadi.
“Maaf, nama kamu siapa?”
“Nama saya Nono”, Jawab siswa tersebut.
“Nama saya Sukrip”
“Maaf, agama kamu bukan Islam ya?”
Sukrip menanyakan pertanyaan yang sejak tadi ada dalam benaknya kepada
Nono.
“Agama saya Kristen”, jawab Nono
“Oh… Iya ini waktunya sholat zuhur, kami harus ke Mushola dulu”, Kata
Supadi sambil melihat jam yang ada di pergelangan tangannya.
“No, kalau kamu butuh apa-apa cari kami saja” tegas Supadi kepada Nono
“Oh iya, terima kasih teman-teman.” Sahut Nono
Sukrip dan Supadi menunaikan sholat zuhur berjamaah di Mushola
sekolahnya. Tetapi Sukrip tidak suka jika dia harus berteman dengan Nono.
“Supadi apa kamu yakin ingin berteman dengan Nono?” Tanya Sukrip kepada
Supadi agak berbisik, setelah mereka selesai menunaikan sholat zuhur.
“Yakinlah… memangnya ada apa, kita kan jadi tambah teman?”
“Tetapi aku tidak suka kalau kita harus berteman dengan Nono”
“Memangnya ada apa dengan Nono, dia kan orang baik”, tegas Supadi
kepada Sukrip.
“Karena dia berbeda agama dengan kita, jika kamu tetap ingin bersahabat
dengan Nono itu terserah kamu”, Sukrip meninggalkan Supadi sendirian yang
sedang duduk termenung.
Sesungguhnya ada rasa tidak ikhlas dalam batin Supadi jika harus
kehilangan sahabat sejak kecilnya itu dikarenakan dia berteman dengan Nono.
Tetapi Supadi juga kasihan melihat Nono yang tidak punya teman karena hanya dia
berbeda agama. Beberapa hari kemudian Supadi menemui Sukrip yang sedang
istirahat di Kantin Sekolahan.
“Kemana Nono temanmu itu” gerutu Sukrip kepada Supadi.
Supadi tidak mampu menjawabnya, dia hanya terdiam.
“Apakah Sukrip sangat marah terhadapku karena aku berteman dengan Nono”
Kata Supadi dalam hati.
Beberapa hari kemudian sesuatu yang tidak di sangka terjadi pada
Sukrip, dia sakit hingga tidak dapat masuk sekolah. Mendengar kabar itu Supadi
sebagai sahabatnya langsung menjenguknya sepulang sekolah.
“Aku harus menjenguk Sukrip, bagaimanapun juga dia adalah sahabatku”
kata Supadi dalam hati sembari melangkahkan kaki menuju rumah Sukrip.
“Assalamualaikum”, seru Supadi sambil mengetuk pintu.
“Waalaikumsalam” jawab Sukrip.
“Oh kamu Di, silahkan masuk”
“Sakit apa kamu Krip, Tanya Supadi.
“Hanya demam aja kok”
“Supadi, aku minta maaf karena aku sudah marah sama kamu.” Terucap
pelan dari mulut Sukrip.
“Masalah itu sudah aku maafkan Krip, yang ingin aku tanyakan adalah
kamu membenci Nono hanya karena agamanya?” Tanya Supadi kepada Sukrip meminta
penjelasan.
“Iya… bukankah orang yang beragama selain Islam adalah orang kafir. Berarti
jika kita berteman dengan Nono berarti kita berteman dengan orang kafir.” kata
Supadi.
“Orang kafir adalah orang yang berusaha menghancurkan agama Islam, sehingga pada zaman Nabi Muhammad SAW memerangi orang kafir”. Supadi menjelaskan.
“Apakah Nono berusaha menghancurkan agama kita?” tambah Supadi.
Sukrip terdiam mendengar kata-kata Supadi, Islam saja mengajarkan untuk
saling mengasihi hewan apalagi kita sebagai sesama umat manusia, pikir Sukrip.
Tidak lama kemudian Nono menjenguk Sukrip yang sedang sakit di rumahnya. “Ternyata orang yang selama ini dia benci justru peduli terhadapnya, bahwa perbedaan agama, suku, bahasa tidak bisa menjadi penghalang dalam suatu persahabatan.” Kata Sukrip dalam hati.
Tidak lama kemudian Nono menjenguk Sukrip yang sedang sakit di rumahnya. “Ternyata orang yang selama ini dia benci justru peduli terhadapnya, bahwa perbedaan agama, suku, bahasa tidak bisa menjadi penghalang dalam suatu persahabatan.” Kata Sukrip dalam hati.
Sekarang mereka menjadi tiga serangkai sahabat yang tidak terpisahkan,
yang tidak memandang perbedaan dan menjadikan perbedaan menjadi persatuan.