Cerpen Singkat Di Balik Air Hujan - Rintik-rintik air hujan yang jatuh terdengar begitu berirama di sore
ini dengan cahaya matahari yang mulai redup. Begitu indah dipandang mata.
Sore ini aku hanya duduk di halte bis untuk berteduh sambil
memperhatikan jalan yang mulai di banjiri air hujan. Terlihat orang-orang
menghindari hujan dengan payung atau berteduh di halte atau teras pertokoan
pinggir jalan, yah seperti aku ini.
Pandanganku menangkap seorang bocah lelaki mungkin berusia 8 – 9 membawa karung tengah memunguti botol bekas air minum di pinggir jalan lalu di masukan botol-botol itu ke dalam karung yang ia bawa tanpa takut akan kehujanan.
Bocah itu tak peduli dengan pakaian dan tubuhnya sudah basah kuyup ditambah dengan udara dingin yang lumayan menusuk tulang, bocah itu tetap semangat menyusuri jalan mencari botol-botol bekas lainnya.
Ketika karung itu dirasa cukup penuh bocah itu pun beranjak dari jalanan itu dan pergi entah kemana.
Pandanganku menangkap seorang bocah lelaki mungkin berusia 8 – 9 membawa karung tengah memunguti botol bekas air minum di pinggir jalan lalu di masukan botol-botol itu ke dalam karung yang ia bawa tanpa takut akan kehujanan.
Bocah itu tak peduli dengan pakaian dan tubuhnya sudah basah kuyup ditambah dengan udara dingin yang lumayan menusuk tulang, bocah itu tetap semangat menyusuri jalan mencari botol-botol bekas lainnya.
Ketika karung itu dirasa cukup penuh bocah itu pun beranjak dari jalanan itu dan pergi entah kemana.
Aku masih memperhatikan bocah itu yang tanpa gentar berjalan menembus
air hujan. Aku bertanya-tanya, kenapa bocah itu melakukan hal itu dia bisa saja
sakit karena itu.
Mungkin ia melakukan itu untuk bisa bertahan di kota besar ini, fikirku. Padahal di sisi lain di kota ini para pejabat tengah asyik hidup bermewah-mewahan.
Mungkin ia melakukan itu untuk bisa bertahan di kota besar ini, fikirku. Padahal di sisi lain di kota ini para pejabat tengah asyik hidup bermewah-mewahan.
Huh.. aku menghela nafas kecewa. Entahlah aku tak mengerti kehidupan
mereka, gumamku dalam hati. Lalu ku lihat lagi ke arah perginya bocah itu lagi
dan ternyata sejak tadi bocah itu telah lenyap dari pandanganku.
Ada banyak dari mereka yang hidup dibalik deras hujan itu, sepertinya mereka tak mungkin hidup... namun mereka hidup, dan akan selalu menyisakan pilu bagi yang merasa.
Kehidupan jalang tak lagi berpihak, bahwa sang germo pun enggan mengulurkan tangan. Apa yang terjadi? Dibalik air hujan itu masih banyak orang yang menangis, atau mungkin hujan ini adalah tangisan mereka, mungkinkah?
TAMAT