» » » » Cerpen Nasehat Hidup Berjudul Dunia di Kepala Kakek

Cerpen Nasehat Hidup Berjudul Dunia di Kepala Kakek - Cerita yang akan kita baca tidak seperti cerita-cerita sebelumnya yang banyak menggambarkan keindahan cinta kasih namun berisi nasehat hidup di dunia. Cerpen nasehat hidup ini berjudul Dunia di Kepala Kakek. Cerpen ini menarik dan merupakan cerpen singkat yang isinya tidak begitu rumit, baca ya...

Cerita dalam cerita itulah yang dapat diungkapkan mengenai cerita yang satu ini. Di dalam cerita ini ada seorang kakek bercerita kepada sang cucu mengenai asal mula dunia.

Yang diceritakan kakek seperti sebuah dongeng untuk anak kecil namun penuh makna dan pesan atau nasehat yang dapat kita ikuti. 

Supaya tidak bosan dengan berbagai cerita pendek yang sudah dibagikan ada baiknya sobat semua membaca cerpen nasehat kehidupan tersebut untuk memperhalus budi pekerti kita dalam menjalani kehidupan ini. Ada pesan yang dapat kita renungkan, ada contoh yang mungkin dapat kita teladani dari cerita pendek tersebut.

Sebagai bahan belajar sekaligus hiburan, cerita pendek ini akan dimuat dalam dua versi sekaligus. Versi pertama adalah versi yang menggunakan bahasa kita.

Sedangkan versi kedua adalah sebagai media pembelajaran yang menggunakan terjemahan. Supaya cepat, silahkan baca langsung kisah selengkapnya berikut

A. Cerpen Singkat Versi Bahasa Indonesia

Kakek pernah bercerita bahwa dunia diletakkan di atas seekor mahluk serupa kura-kura. “Tapi,”tegasnya kakek lagi,”Jangan pernah membayangkan dia seperti kura-kura biasa. Dia bertaring panjang seperti seekor singa laut, kaki-kakinya sangat mirip dengan kaki burung, karena itu dunia bergerak dengan cepat. Siang berganti malam hanya dalam hitungan bukan hari, minggu, atau bulan.”

Aku mengingat sebuah gambar tua. Seorang lelaki bernama Atlas memanggul bola dunia di atas bahunya yang kekar. Pernyataan kakek ingin aku tentang berdasarkan gambaran yang terlintas di kepalaku itu. Tapi dia adalah kakekku.

Tak seorang pun bisa membantah perkataannya. Dia bekas tentara. Sering sekali dia menceritakan bagaimana suasana di medan perang kemerdekaan. Tentu saja dengan gaya bicara yang berapi-api agar kami yang terpaksa mendengarkan (karena kakek sudah sering menceritakannya) turut merasakan semangat tempurnya ketika menembaki musuh.

“Kau tahu, di ekor mahluk yang seperti kura-kura itu, ada wajah yang sangat sayu.” Tambahnya lagi. “Wajah?” Aku heran mendengarnya, dan kepadanya aku tanyakan, “Apakah berarti mahluk itu punya dua kepala atau dua muka?” Kakek tertawa terkekeh. “Bukan. Bukan seperti itu. Itu hanya gambaran imajinatif tentang kenangan. Wajah itu milik seorang dewi. Tepatnya Dewi Kesuburan. Karena dunia ini dimulai dengan kesuburan pepohonan dan tetumbuhan.”

Aku masih tidak paham, bagaimana mungkin wajah seorang dewi berada pada ekor mahluk seperti kura-kura itu, tapi aku malas untuk mendebat ucapan kakekku. Kepalaku manggut-manggut saja seolah mengerti perkataannya. Mata kakek menatap tajam kepadaku. “Kau pasti tidak mengerti apa yang aku katakan, bukan?”

“Baiklah, akan aku ceritakan bagaimana sebenarnya kejadiannya. Ketika Tuhan telah menciptakan dunia ini. Tuhan ingin semuanya teratur dan dalam pengawasannya. Maka dipanggillah mahluk-mahluk yang telah diciptakan sebelum tumbuhan, hewan, dan manusia. Mahluk yang berukuran sangat besar dan tinggal dalam kegelapan luar angkasa.

Tentu saja tak seorang pun bisa melihatnya karena mereka tersembunyi dan juga tak kasat mata. Dan datanglah mereka, ada empat mahluk yang mendengar permintaan Tuhan, dua mahluk yang mirip manusia, tetapi punya sifat yang bertolak belakang. Yang satu suka dengan kegembiraan, di pundaknya ada binatang mirip singa tetapi selalu tertawa.

Yang satu lagi sangat suka dengan kekerasan, kekejaman, dan kemarahan. Di dekat dadanya ada seekor binatang mirip seekor naga. Ketika Tuhan meminta salah satu dari mereka untuk membawa dunia ini, mereka segera berulah.

Yang membawa singa tertawa terbahak-bahak dan mengatakan permintaan Tuhan itu sangat mustahil dilakukan. Yang membawa naga bersungut-sungut dan mengatakan permintaan Tuhan itu lebih berat dari tugasnya yang menghasut manusia untuk berbuat jahat.”

“Aku tahu satu mahluk lainnya adalah kura-kura itu. Benar ‘kan, Kek?” Aku memotong pembicaraan kakek agar ceritanya tentang dunia yang diangkut kura-kura ini segera berakhir. Lagi-lagi kakek menatapku tajam. Rupanya dia tidak senang disela begitu rupa.

“Kalau kau tak mau mendengarkan. Baiklah. Pergilah kau bermain!” Tukasnya.

Mendengar nada bicaranya yang meninggi, aku tentu saja tidak ingin mengecewakannya. Lagi pula, malam-malam begini, mana mungkin aku pergi ke luar rumah dan bermain-main? Maka kupasang tampang memelas agar Kakek mau melanjutkan ceritanya ini.

“Satu mahluk lainnya adalah seperti seorang perempuan. Dia berambut panjang dan suka sekali bersolek. Sepasang kakinya mirip dengan kaki naga yang ada di pundak Kemarahan. Dan yang paling mencengangkan adalah payudaranya yang jumlahnya sampai puluhan.

Mahluk itulah yang banyak dikatakan orang sebagai Ibu Bumi. Dia tidak menyanggupi permintaan Tuhan karena tubuhnya lebih kecil dari yang lain. Lagipula, jika dia memanggul dunia ini, tentu tak ada waktu baginya untuk bersolek dan melihat wajahnya pada sebuah cermin yang selalu ada di tangannya.”

Sampai di sini, kakek kembali melihat padaku. Memperhatikan apakah aku kembali bosan mendengarkannya bercerita atau malah bersemangat. Nampaknya, aku mulai dirasuki imajinasi dalam cerita kakek. Aku menikmati apa yang digambarkan olehnya dalam cerita itu.

Yang tak terbayang olehku adalah dari mana kakek mendapatkan cerita semacam ini. Cerita yang tak pernah kubaca di kitab-kitab suci. Melihat aku mulai tenang, kakek pun melanjutkan ceritanya,”Tinggallah mahluk yang seperti kura-kura itu. Melihat punggungnya yang kuat dan keras, Tuhan tanpa berkata lagi meletakkan dunia di atas punggung mahluk itu.”

“Jadi, begitu saja ceritanya?”

Aku memberanikan diri bertanya kembali karena kakek terdiam seolah cerita yang ingin disampaikannya sudah selesai.

“Ceritanya justru baru dimulai. Karena dunia diletakkan di atas punggung mahluk seperti kura-kura itu, maka terjadilah keributan dari tiga mahluk yang tadinya tidak mau membawa dunia itu. Mereka ternyata minta bagian dari tugas yang diberikan Tuhan. Akhirnya, Tuhan memberikan mereka tugas. Kegembiraan diminta memandu jalannya mahluk kura-kura, Kemarahan berjaga di belakang, agar dunia tidak oleng atau jatuh dari punggung mahluk kura-kura itu.

Dan Ibu Bumi bertengger di ada dunia ini mengawasi jalannya dunia ini. Karena itu dalam hidup kita kita harus selalu mengutamakan kegembiraan dalam menjalani hari-hari. Kita boleh marah terhadap diri kita jika kita gagal.

Dan kita harus selalu menjaga hidup kita agar segalanya bertumbuh, berbuah, dan berkembang. Bertumbuh cita-cita kita, berbuah segala apa yang kita perbuat, dan indah dilihat semua orang. Juga, kita harus selalu hati-hati dan waspada. Berjalan dengan penuh perhitungan, dan bisa menyiasati bahaya seperti kura-kura masuk dalam tempurungnya, dan tetaplah mengenangkan hal-hal yang subur. Hal-hal yang membuat kita selalu berpikiran positif.”

Kali ini aku manggut-manggut karena mengerti. Ternyata apa yang diceritakan kakek adalah sebuah nasehat yang sangat berharga meskipun dibungkus dengan cerita yang sangat aneh bagiku. Seulas senyum terkembang di bibirku. Cerita yang aneh tetapi punya pesan cerita yang bagus.

“Bagaimana dengan manusia, Kek? Apakah Kakek punya cerita tentang asal muasal manusia?” Aku penasaran.

“Hahaha. Kau tahu bahwa manusia turun ke dunia ini karena dikutuk, bukan? Baiklah aku ceritakan bahwa ketika manusia diturunkan ke dunia itu, dia terjun bebas sehingga mendarat di dunia ini dengan kepala di bawah dan kaki di atas.”

“Ha? Bagaimana bisa, Kek?”

“Tuhan sengaja membuatnya demikian. Agar manusia tidak sombong kepadaNya. Terlebih, agar manusia tahu bahwa jika dalam keadaan terjungkir seperti itu, maka dia merasa batas dari dirinya dan segala kenikmatan yang bisa diraihnya adalah kematian.” Jakarta, 1 Oktober 2013

---oOo---

Cukup menarik juga bukan bagaimana kisah di atas? Ya, paling tidak kisah yang dimuat dalam cerita di atas bisa dijadikan bahan bacaan saat santai. Dari pada main di luar rumah yang tidak karuan, kan lebih baik baca cerpen saja, benar tidak?

B. Dunia di Kepala Kakek Versi Terjemahan Inggris

Sebagai bahan belajar, cerita di atas bisa dibuat kedalam bahasa Inggris. Tujuannya adalah untuk berlatih dalam menerjemahkan atau membuat alih bahasa. Bagi rekan atau adik-adik pelajar yang ingin belajar lebih jauh bisa mulai menerjemahkan teks yang sudah disiapkan di atas. Kenapa harus diterjemahkan?

Tujuan dari aktivitas menerjemahkan atau mengartikan cerita seperti ini tak lain dan tak bukan adalah untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris tulis. Harapannya, semakin sering berlatih maka akan semakin mudah bagi kita untuk mengetahui dan memahami isi bahan bacaan bahasa Inggris yang dibaca.

Lalu, apakah cerita versi ini sudah disiapkan juga? Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya karena untuk media belajar rekan semua bisa membuat terjemahannya sendiri. Bagaimana caranya? Tidak sulit kok, tinggal disalin saja cerita di atas kemudian menggunakan terjemahan online. Bisa menggunakan google atau bing.


Setelah mendapatkan bantuan terjemahan online, rekan semua bisa mulai membaca, melakukan koreksi dan memahami kata perkata dan kalimat per kalimat. Dengan begitu maka akan ada proses belajar yang bisa dijalankan dari teks tersebut. Mudah-mudahan cerpen tentang nasehat tersebut bisa berkenan bagi rekan semua.

About Cerita Inggris Indonesia

Hi..! Cerita Inggris Indonesia adalah website yang berisi berbagai macam cerita dalam bahasa Inggris dan Indonesia. Disini ada cerpen, cerita rakyat, drama, cerita anak, narrative, legenda, cerita lucu dan banyak lagi cerita lainnya. Silahkan baca mana yang anda suka, terima kasih telah berkunjung...
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post