Cerita Cerpen
Bahagia, Sepeda Motor – bosan dong kalau harus membaca
kisah-kisah yang menyedihkan terus. Sesekali kita selingin membaca kisah-kisah
yang bisa membuat semangat dan menjadi inspirasi untuk terus berkarya, berjuang
dalam hidup. Makanya kita coba hadirkan lagi sebuah karya cerpen terbaru yang
lebih segar dan bahagia.
Cerpen terbaru ini dipersembahkan secara khusus untuk rekan
remaja semua yang masih manja dan selalu meminta banyak hal kepada orang tua. Ada
nasehatnya tentu, tapi ada juga unsur kasih sayang yang harus dipercaya oleh
rekan remaja semua. Makanya, yang namanya kepada orang tua itu tidak boleh
berburuk sangka.
Masih ingat bukan, ada pepatah yang mengatakan
“sekejam-kejamnya harimau tidak akan memakan anaknya sendiri”, begitulah yang
sebenarnya. Yang jadi masalah kadang sebagai anak kita kurang bersabar dan
kurang mengerti keadaan hingga akhirnya menimbulkan salah paham. Apakah cerita
dalam cerpen ini begitu?
Kalau dari penjelasan di atas dan dikaitkan dengan judulnya,
sebenarnya kita bisa saja menebak jalan cerita dalam cerpen tersebut. Mungkin,
mungkin ini ya, ada seorang anak yang meminta sepeda motor tetapi tidak
diberikan oleh orang tuanya. Mungkin begitu tapi mungkin juga bukan. Dari pada
hanya menebak lebih baik baca dulu ceritanya di bawah ini.
Sepeda Motor yang Bagus
Cerpen
Kisah Bahagia
Sebut saja namaku Andi, hari ini aku sedang merayakan ulang
tahunku yang ke-17 tahun. Aku bahagia dihari ulang tahunku ini aku bisa
menyaksikan temanku datang menghadiri pestaku ini. Namun aku juga sedih karena
keinginanku memiliki sepeda motor belum diwujudkan oleh orang tuaku.
Hati terasa begitu bimbang, galau karena memiliki satu
keinginan terpendam yang tak kunjung terwujud. Karena tak bisa lagi menahan
keinginan, dan kesabaran ku memang sedang dititik nol maka akhirnya aku mencoba
bicara dengan ayah.
Aku,”Yah kapan ayah membelikan aku sepeda motor yah”.
Ayah,”Besok nak ya”.
Aku,”Besok kapan yah”.
Ayah,”Kalau kamu sudah besar,”
Aku,”Aku sudah 17 tahun yah”.
Ayah,”18 tahun baru kau bisa mendapatkan sepeda motormu
nak”.
Aku pun terdiam dan bergegas pergi kekamar dengan perasaan
kesal. Sementara itu peta terus berjalan
tanpa aku.
Setelah menunggu 1 tahun aku kembali menaggih kembali janji
yang ayahku pernah ucapkan.
Aku,”Yah usiaku sudah 18 tahun, kapan aku bisa mendapatkan
motor baruku”.
Ayah,”Untuk apa motor baru nak”.
Aku,”Utuk berangkat sekolah yah”.
Ayah,”Berangkat sekolahkan bisa ayah antar jemput, entar
dibeliin motor kamunya ugal-ugalan di jalan”.
Aku,”Aku dah gede yah aku malu diantar-jemput. Gak bakal aku
ugal-ugalan dijalan yah”.
Ayah,”Ayah tidak percaya, kemarin kata tetangga sebelah kamu
pakai motor teman kamu ugal-ugalan”.
Aku,”Ya itu kan buru-bur yah, kalau gak buru-buru yang
santai naiknya”.
Ayah,”Ayah tetap tidak percaya”.
Aku sedih karena diusiaku yang 18 tahun ini aku belum bisa
mendapatkan motor dari ayah. Padahal sudah sejak 1 tahun yang lalu aku menantikan
motor baru tersebut. Keesokan harinya aku berangkat sekolah dan masih diatarkan
oleh ayahku. Aku begitu iri melihat teman-temanku yang sudah memakai motro
sendiri.
Di sekolah aku masih terpikir dan tidak konsen dengan
pelajaran karena memang aku selalu memikirkan kapan bisa aku diberi motor oleh
ayahku. Bahkan guru yang mengajarkau sempat menegurku,”Andi,.,.!!!, kamu
memperhatikan tidak apa yang ibu sampaikan”.
Aku,”Iya buk memperhatikan”.
Ibu guru,”Coba ulangi apa yang ibu sampaikan”.
Aku,”Iya buk, sepeda motor ya...??”.
“Hahahahahahahahahhahahah,”satu kelas menertawaiku.
Ibu guru,”Andi kalau mau melamun, keluar!!!”.
Aku,”Iya buk maaf buk”.
Waktu sudah siang dan jam pulang pun sudah tiba. Aku keluar
kelas dan menghampiri ayahku yang sudah menjemputku. Dengan muka masam aku
dibonceng oleh ayahku. Di perjalanan pun aku masih teringat dengan motor yang
dijanjikan oleh ayahku. Aku terus terpikir kapan aku punya motor.
Sesampainya aku dirumah aku melihat ada motor baru didepan
teras rumahku. Hal tersebut membuat aku penasaran dan bertanya dalam
hati,”Motor siapakah gerangan, bagus banget”.
Aku,”Ini motornya siapa yah kok bagus banget”. Tanyaku
kepada ayahku.
Ayah,”Ini motor kamu nak”.
Aku,”Loh katanya kemarin gak mau mbeliin motor”.
Ayah,”Kan kejutan, bagaimana, kamu suka enggak..?”.
Aku,”Hidup Ayah, makasih ya yah, aku suka banget kok”.
Ayah,”Ya sudah cobain”.
Ayah mana yang tidak sayang kepada anaknya? Yang jelas itu
bukan ayahku karena ayahku meski kadang ketus dan terlihat begitu cuek tapi
beliau selalu memberikan yang terbaik untuk keluarganya.
Buktinya, aku masih tidak percaya ayah membelikan motor untukku.
Padahal aku sudah berburuk sangka kepadanya. Tetapi setidaknya sekarang aku
sudah tahu bahwa ayah memang menyayangiku dan aku pun akan selalu menuruti
nasehat ayah. Untuk hadiah ini aku ingin menjadi anak berbakti dan kelak bisa
membahagiakan dan membuat bangga orang tau.
---
oOo ---
Sudah, sudah, jangan terbawa perasaan. Jangan sampai setelah
ini rekan semua lalu meminta yang aneh-aneh kepada orang tua dan tidak mau
mengerti keadaan. Boleh saja meminta sesuatu dari orang tua tapi tetap harus
sabar dan tahu keadaan orang tua, benar tidak?
Ya kalau menurut kami sih, cerita di atas cukup bagus dan
bisa memberikan pelajaran berharga pada kita semua. Pelajaran atau pesan moral
dari cerpen di atas adalah hendaknya sebagai anak kita tahu bagaimana keadaan
orang tua sebelum meminta sesuatu. Sebagai anak kita juga tidak boleh
berprasangka buruk terhadap orang tua.
Ya sudah, kita tinggalkan cerpen di atas. Masih ada beberapa
karya lain yang harus kita baca juga. Silahkan dipilih sesuai judul yang
dianggap bagus dan menarik. Ada beberapa karya yang tema-nya sama dan ada juga
yang berbeda. Bahkan ada yang khusus untuk cerpen remaja dan anak-anak sekolah.
Sampai disini silahkan dinikmati ceritanya.