Cerpen singkat dan lucu kali ini akan kita baca untuk mengisi waktu senggang kita. Ya, sembari santai kan kita juga bisa belajar. Paling tidak kita bisa belajar untuk menulis cerpen sederhana. Siapa tahu kita punya bakat terpendam.
Membaca juga bisa menjadi keahlian loh. Jangan salah ya. Kan kalau di sekolah kita juga berlatih untuk analisis karya sastra. Misalnya saja mengenai unsur - unsur yang terdapat dalam karya sastra. Cerpen pun demikian, tapi yang ini lain dari yang ada.
Mungkin ada yang sudah pernah membaca ceritanya? Kalau belum ya syukur, itu berarti tidak akan membosankan. Mumpung masih ada waktu luang, benar tidak?
Setelah cerpen pecundang cinta sekarang ada lagi sebuah cerpen singkat dan lucu dengan judul "dimana anakku". Mau tahu bagaimana singkat dan lucunya cerita kali ini, silahkan simak langsung ceritanya dibawah ini.
Dimana Anakku?
Contoh Cerita Cerpen Lucu
Saat itu aku baru saja selesai bekerja lembur, tepat nya saat itu sudah hampir jam 10.00 malam. Malam ini terasa sangat dingin dan memang agak gerimis tapi untungnya aku membawa payung dan jaket saat mau berangkat tadi pagi.
Ya, memang sih jarak kantor dan rumah ku tidak terlalu jauh, hanya sekitar 800 meter saja. Tapi memang tak pernah ku kira kalau malam ini cuaca buruk karena tadi pagi cuacanya cerah. Benar kata istriku, malam ini benar-benar cuacanya buruk.
Walau awalnya agak malu sih, berjalan sambil bawa payung di hari yang cerah. Apapun itu yang penting aku bisa pulang dan tidak menginap di kantor.
Semua sudah beres, jaket sudah ku pakai dan serandal pun sudah ku pakai. Aku berjalan keluar kantor dengan membawa payung di tangan kanan ku dan sepasang sepatu di tangan kiriku. Tak lupa ku hampiri bapak satpam yang ada di pos depan.
“Malem pak Paijo” sapa ku pada satpam yang berumur paruh baya itu.
“Malem nak Ta’un, kok baru pulang?” ia membalas
“Ia ni pak, baru selesai lembur”
“Wah.. nak Ta’un ni hebat ya?” pujinya
“Wah, hebat kenapa ni pal” ku bertanya sambil merasa senang karena dipuji.
“Ya hebat, masih muda tapi kerjanya semangat banget”
“Ah masak sih pak?” tanya ku lagi sambil tersenyum kesenangan.
“yee.. nak Ta’un kok malah ga pecaya gitu”
“He he he, ia deh pak percaya” kata ku sekali lagi
“Nah gitu dong nak Ta’un, jadi kan saya gak sia-sia lau muji he he” dia bicara sambil tersenyum
“Ia ia pak, duh pak udah malem ni pak. Saya permisi pulang ya pak?”
“Oh iya nak Ta’un, jangan pernah bosen lho sama bapak” katanya
“Tenang saja pak.. mari pak??”
“Mari mari nak Ta’un, hati-hati di jalan”
“Siap pak….” balas ku.
Bener-bener menyenangkan berbincang dengan bapak satpam yang ramah dan baik itu, sampai-sampai lupa kalau badan masih capek.
Saat keluar dari pintu gerbang kantor hujan jadi semakin deras. Sejenak ku menyandarkan badan ku di atas kursi sebuah halte dekat kantorku, sambil berteduh. Namun hujannya tak bertahan lama.
“Syukur lah…” kataku dalam hati.
Aku pun langsung berniat meneruskan perjalanan pulang ke rumah. Baru saja sejenak berdiri, tiba-tiba aku melihat seorang wanita berjalan mendekat kearahku. Dia terlihat merunduk dan terlihat sedih.
Saat wajah nya terkena sinar lampu jalanan aku baru menyadari kalau dia tengah menangis. Aku pun bergegas menghampirinya dan menanyakan beberapa pertanyaan.
“Ada apa mbak?” tanya ku untuk basa-basi tetapi ia tak menjawab.
“Mbak…..?” panggil ku dengan penuh tanya.
Wanita itu tetap diam dan tak menjawab apapun. Saat ia duduk di kursi yang ada di pojok halte aku kembali mencoba menghampirinya.
“ayo dong mba’ dijawab…”
Wanita tersebut malah semakin menangis. Dan menetapkan kepalanya di pundak ku. Aku pun menjadi agak sedikit rikuh pada awalnya, namun aku mencoba untuk menenangkan hatinya dan pelan-pelan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi sampai-sampai ia menangis seperti ini.
Saat aku tanya untuk yang kesekian kalinya dia menjawab jikalau anaknya hilang dan ia tak kunjung menemukannya.
“aku sedang mencari anak ku mas, sampai jam segini kok dia belum pulang” ucapnya
“memang anak mbak masih umur berapa” tanya ku agar terlihat peduli dengan masalahnya.
“dia masih kelas 3 SD mas, biasanya jam 5 sore dah pulang les, tapi….” pembicaraannya terputus begitu saja. “tapi dia belum pulang ya mbak sampai jam segini?” tanya ku.
“Iya mas, saya sudah hubungin sanak saudara dan temen-temennya tapi tidak ada yang tau”
“mbak yang sabar ya mbak..” ujar ku kepada ibu muda itu.
Setelah larut dalam pembicaraan yang panjang, ia memutuskan unutk melaporkan kasus ini ke polisi. Dan akhirnya wanita itu meminta tolong padaku untuk menemani nya berjalan pulang karena ia takut ini sudah malam. Kebetulan rumah kami searah jadi aku tidak keberatan untuk mengantarnya pulang.
Di tengah perjalanan pulang kami bertemu dengan kakek-kakek berbaju putih misterius. Jantung ku begitu berdebar dan buluku pun ikut merinding semua. Rasa takut pun timbul didalam hatiku. Lelaki tua itu begitu mengerikan.
Tapi tidak pada wajah Ngatini, wanita yang ku antar pulang itu. Dia malah menghampirinya untuk menanyakan keberadaan anaknya.
“kakek.. kakek melihat anak yang ada difoto ini tidak kek?” tanya nya
“Ngatini anaku, anakmu tidak berada jauh darimu” ujar kakek yang misterius itu
“benarkah begitu kek?” tanya Tini.
“percayalah padaku anakku” ujarnya.
Mendengar itu hatiku menjadi sedikit lega. Tapi rasa takut masih tetap menghantui. Benar-benar merinding rasanya seluruh tubuhku. Kakek itu terasa aneh. Dia seolah-olah tau dimana anak Tini sebenarnya berada. Sempat terfikir oleh ku, mungkin dia yang menculik anak Tini.
“ah tidak mungkin, lelaki tua ini sudah terlalu rapuh unutk menculik anak, dia sudah tidak mungkin kuat untuk melakukannya” ujarku dalam hati.
Laki-laki itu memang benar-benar aneh, Tini tiba-tiba merasa menjadi tenang dan begitu percaya dengan perkataan kakek tadi. Aku pun begitu bertanya-tanya siapa dia sebenarnya. Di ujung pertemuan kami, kakek itu berpesan sesuatu yang aneh.
“saat engkau berjalan membelakangiku, jangan menengok kebelakang sebelum kalian melangkah 7 langkah”
“ia ke.., tapi kenapa kek?” tanya Tini.
“ikuti saja perintahku” ujar kakek itu.
“sudahlah mbak Tini ayok kita pulang ini sudah malam” ujar ku yang sedikit ketakutan.
Kami pun beranjak untuk berjalan pulang. Dan kami menuruti kata-kata kakek itu. Dengan rasa penasaran kami menghitung langkah kami sampai tujuh langkah.
Dan ternyata benar ketika kami menengok kebelakang kakek itu benar-benar lenyap bak di sapu ombak yang besar. Aku dan Tini begitu terheran-heran dengan semua ini.
“bagaimana bisa terjadi?” ujarku
“nggak usah heran mas” ujar Tini.
Mendengar ujaran Tini tersebut aku jadi semakin tambah merinding dan bertanya-tanya sebetulnya siapa Tini dan siapa anaknya.
Melihatnya tersenyum penuh rahasia membuatku semakin bertanya-tanya dan merinding. Lalu dengan memberanikan diri aku menanyakan siapa Tini dan siapa anaknya sebenarnya.
"mbak sebenernya mbak ini siapa? Dan siapa anak mbak sebenarnya?"
"mas gak nyesel tanya begitu?" ujar Tini
"nggak mbak!" ujarku dengan penuh ketakutan.
"aku adalah aku dan anakku adalah…"
"adalah siapa mbak?" tanyaku
"Kamu.....!"
---oOo---
Bagaimana, tidak terlalu panjang dan tidak membuat pusing ya? Ya, kadang kan meski niat kita mencari hiburan tetapi kalau ceritanya sangat panjang juga bisa melelahkan. Meski alurnya menarik sekalipun biasanya kita lebih suka yang tidak terlalu.
Lumayan lah, bisa untuk tambahan bahan bacaan. Jika ada cerpen lucu lain selain cerpen lucu tersebut tentunya akan segera dibagikan untuk hiburan kita semua. Sampai disini, semoga dapat menghibur kita semua.